sebuah HATI yang tidak akan pernah membenci. sebuah SENYUMAN yang tidak akan pernah pudar sebuah SENTUHAN yang tidak akan pernah Menyakiti dan Sebuah PERSAHABATAN yang tidak akan berakhir

Pages

Sabtu, 24 Oktober 2020

SIAPAKAH YANG BERHAK MENGHAKIMI HATI ORANG LAIN




Siapakah yang berhak menghakimi hati seorang yan shalat, di saat berdiri penuh ketenangan?

Siapakah yang berhak menghakimi hati seorang yang bersedekah?

Siapakah yang berhak menghakimi hati orang-orang yang berbuat kebaikan?

Kadang kala manusia berani sekali berprasangka buruk atas perbuatan orang lain, bahkan memfitnahnya, menjadi hakim atas hati orang lain

Mengatakan "orang itu" hanya cari muka, hanya cari perhatian, berlagak alim, berlagak khusyuk, baca Qur’annya dimerdu-merduin, cuma pamer harta

Padahal diri kita sendiri tidak tahu bagaimana isi hati orang pasti dan sebenar - benarnya tetapi kita sudah tampil sebagai orang yang "Maha Mengetahui".

Umar bin Khattab pernah berpesan, 

"Jika seorang melakukan sesuatu hakimilah zhahirnya (lahirnya/yang tampak) saja, tetapi jangan kalian hakimi hatinya".

Jika seorang muadzin mengumandangkan adzan, misalnya cukuplah kita menghakimi bagaimana suara yang dikeluarkan

Jika merdu baiklah kita mendoakannya, tetapi jika tidak merdu, juga tidak menjadi masalah juga tetaplah kita menyikapi dengan hati yang baik.

Janganlah kita hakimi hati "dia" hanya mencari pujian orang dengan suara adzannya Orang shalat, bisalah kita menghakimi gerakan shalatnya salah atau benar, janganlah kita hakimi "dia”
berlagak khusyu' saja biar dilihat orang.

== Hakimi Dirimu Sendiri==

Sudah seharusnya kita sibuk menghakimi hati diri kita sendiri, karena kita punya pengetahuan akan diri kita sendiri ketimbang kita menghakimi hati orang yang
kita tidak Allah berikan kemampuan kepada manusia untuk memiliki pengetahuan akan hal itu.

Allah yang Maha mengetahui, tidak ada sesuatupun  yangterlewatkan dariNya, tidak ada yang tersembunyi, apalagi membohongi diriNya.

Dia-lah Allah yang berhak menghakimi hati seseorang, apakah seseorang itu ikhlas atau riya.

Menghakimi hati seorang hanya menambah pekerjaan yang sia-sia, menambah sesak pikiran, menambah racun dan penyakit hati, dan semua itu menyebabkan jiwa rusak, jika jiwa rusak maka rusaklah perbuatan manusia.



0 komentar:

Posting Komentar

Lencana Facebook