sebuah HATI yang tidak akan pernah membenci. sebuah SENYUMAN yang tidak akan pernah pudar sebuah SENTUHAN yang tidak akan pernah Menyakiti dan Sebuah PERSAHABATAN yang tidak akan berakhir

Pages

Sabtu, 22 Agustus 2020

BALON

 BALON

Seorang guru yang bijaksana pernah membawa balon ke sekolah, menyuruh murid-muridnya untuk meniup dan menuliskan nama-nama mereka masing-masing di tiap balon.


Setelah anak-anak melemparkan balon mereka ke aula, guru itu bergerak ke aula untuk mencampur semuanya.


Anak-anak diberi waktu lima menit untuk menemukan balon dengan nama mereka di atasnya, tetapi meskipun mereka mencari dengan panik, tidak ada yang menemukan balon mereka sendiri.


Kemudian guru tersebut menyuruh mereka untuk mengambil balon yang paling dekat dengan mereka dan memberikannya kepada orang yang namanya tertera di atasnya. dalam waktu kurang dari dua menit, semua orang memegang balonnya sendiri.


Guru tersebut berkata kepada anak-anak ini, “Balon-balon ini seperti kebahagiaan.

Engkau tidak akan menemukannya ketika dirimu hanya mencari milikmu sendiri. tapi jika kita peduli dengan memberi kebahagiaan orang lain. itu pada akhirnya akan membantu kita menemukan kebahagiaan kita sendiri.


Bahagia itu sederhana, perlakukan orang lain seperti Kita ingin diperlakukan.


Telinga diciptakan untuk lebih banyak mendengar ,Mulut di ciptakan Tuhan untuk lebih berkata-kata lembut, memberi semangat, menghibur, memuji, memaafkan. hindari dari berucap kata-kata yang kasar, keras, menghina, Dan intimidasi yang bisa melukai orang-orang terdekat dan sekitar anda....


Salam sukses berkelimpahan untuk kita semua..Aamiin YRA.

Kamis, 20 Agustus 2020

Keistimewaan Muharram

Khutbah Jumat: 

Keistimewaan Muharram dan Hikmah Hijrah

Khutbah I   اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهْ    اَلْحَمْدُ للهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارْ، اَلْعَزِيْزِ الْغَفَّارْ، مُكَوِّرِ اللَّيْلِ عَلَى النَّهَارْ، تَذْكِرَةً لِأُولِى الْقُلُوْبِ وَالْأَبْصَارْ، وَتَبْصِرَةً لِّذَوِي الْأَلْبَابِ وَالْاِعْتِبَارْ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِٰلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهْ الْمَلِكُ الْغَفَّارْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  سَيِّدُ الْخَلاَئِقِ وَالْبَشَرْ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأٰلِهِ وَصَحْبِهِ الْأَطْهَارْ. أَمَّا بَعْدُ.   فَيَآأَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ فِيْ سُوْرَةِ الْبَقَرَةِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ،  بِسْمِ ٱللّٰهِ ٱلرَّحْمٰنِ ٱلرَّحِيمِ .    إِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوا وَجَٰهَدُوا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ أُولَٓئِكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللهِۚ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ.     Saudara-saudara Kaum Muslimin, jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah,   Bulan Muharram adalah satu di antara bulan-bulan yang mulia (al-asyhur al-hurum), yang diharamkan berperang di bulan ini. Ia dipandang bulan yang utama setelah bulan Ramadhan. Oleh karenanya, kita disunnahkan berpuasa terutama pada hari ‘Asyura, yakni menurut pendapat mayoritas ulama, tanggal 10 Muharram. Di antara fadhilah bulan Muharram, adalah ia dipilih oleh Allah subhanahu wata’ala sebagai momen pengampunan umat Islam dari dosa dan kesalahan.    Keistimewaan bulan Muharram ini lebih lanjut karena dipilih sebagai awal tahun dalam kalender Islam. Untuk itu, marilah kita bersama-sama mengulas kembali sejarah tahun baru Hijriah, yakni sejarah penanggalan atau penetapan kalender Islam, yang diawali dengan 1 Muharram. Mengapa para sahabat memilih bulan Muharram sebagai awal penanggalan Islam?    

Dalam kitab Shahih al-Bukhari, pada kitab Manâqib al-Anshâr (biografi orang-orang Anshar) pada Bab Sejarah Memulai Penanggalan, disebutkan,    عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ مَا عَدُّوْا مِنْ مَبْعَثِ النَّبِيِّ ﷺ وَلَا مِنْ وَفَاتِهِ مَا عَدُّوْا إِلَّا مِنْ مَقْدَمِهِ الْمَدِينَةَ.   

“Dari Sahl bin Sa’d ia berkata: mereka (para sahabat) tidak menghitung (menjadikan penanggalan) mulai dari masa terutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak pula dari waktu wafatnya beliau, mereka menghitungnya mulai dari masa sampainya Nabi di Madinah”.    

Hal itu dilakukan meskipun tidak diketahui bulan kehadirannya itu, karena sejarah itu sebenarnya merupakan awal tahun. Sebagian sahabat berkata pada ‘Umar, ”Mulailah penanggalan itu dengan masa kenabian”; sebagian berkata: ”Mulailah penanggalan itu dengan waktu hijrahnya Nabi”. ‘Umar berkata, ”Hijrah itu memisahkan antara yang hak (kebenaran) dan yang batil, oleh karena itu jadikanlah hijrah itu untuk menandai kalender awal tahun Hijriah”.    

Ma’âsyiral muslimîn hafidhakumullâh,   Setelah para sahabat sepakat mengenai peristiwa hijrah dijadikan sebagai awal penanggalan Islam, ada sebagian sahabat yang berpendapat bahwa untuk awal bulan Hijriyah itu: ”Mulailah dengan bulan Ramadhan”, tetapi ‘Umar radliyallahu 'anh berpendapat: ”Mulailah dengan Muharram”, itu karena Muharram merupakan masa selesainya umat Islam dari menunaikan hajinya. Lalu disepakatilah tahun baru hijriah itu dimulai dengan bulan Muharram.   Ibn Hajar dalam kitab Fath al-Bârî Syarah Kitab Shahîh al-Bukhârî mengatakan bahwa:    "Sebagian sahabat menghendaki awal tahun baru Islam itu dimulai dengan hijrahnya Nabi, itu sudah tepat. Ia melanjutkan, ada empat hal atau pendapat yang mungkin dapat dijadikan sebagai awal penanggalan Islam, yaitu masa kelahiran Nabi (maulid al-Nabi), masa diutusnya Nabi, masa hijrahnya Nabi, dan masa wafatnya Nabi. Tetapi pendapat yang diunggulkan adalah menjadikan awal tahun baru itu dimulai dengan hijrah karena masa maulid dan masa kenabian itu keduanya tidaklah terlepas dari kontradiksi atau pertentangan pendapat dalam menentukan tahun. Adapun waktu wafatnya beliau itu, banyak tidak dikehendaki oleh para sahabat untuk dijadikan sebagai awal tahun, karena mengingat masa wafatnya Nabi justru menjadikan kesedihan bagi umat. Jadi kemudian pendapat dan pilihan itu jatuh pada peristiwa hijrah. Kemudian mengenai tidak dipilihnya bulan Rabiul Awal sebagai awal tahun tetapi justru dipilih bulan Muharram sebagai awal tahun karena awal komitmen berhijrah itu ada pada bulan Muharram, sehingga cocoklah hilal atau awal bulan Muharram itu dijadikan sebagai awal tahun baru Islam.”    

Ma’âsyiral muslimîn hafidhakumullâh,   Menurut satu pendapat, ada banyak hikmah dipilihnya peristiwa hijrah sebagai penanda Kalender Islam, Tahun Baru Hijriah. Di antaranya adalah dengan peristiwa hijrah itu, umat Islam mengalami pergeseran dan peralihan status: dari umat yang lemah kepada umat yang kuat; dari perceraiberaian atau perpecahan kepada kesatuan negara; dari siksaan yang dihadapi mereka dalam mempertahankan agama kepada dakwah dengan hikmah dan penyebaran agama; dari ketakutan disertai dengan kesukaran kepada kekuatan dan pertolongan yang menenteramkan; dan dari kesamaran kepada keterang-benderangan. Di samping itu, dengan adanya hijrah itu terjadi peristiwa sungguh penting antara lain, perang Badar, Uhud, Khandaq dan Perjanjian Hudaibiyah (Shulh al-Hudaibiyah), dan setelah 8 (delapan) tahun Nabi shallallahu 'alaihi wasallam hijrah di Madinah, beliau kembali ke Makkah al-Mukarramah dengan membawa kemenangan yang dikenal dengan Fath Makkah. Itulah peristiwa-peristiwa yang penting kita ingat. Oleh karena itulah, Al-Quran menjadikan hijrah itu sebagai sebuah pertolongan. Al-Quran mengingatkan kita:   إِلَّۗا تَنْصُرُوْهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُوْلُ لِصَٰحِبِهِۦ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَاۖ فَأَنْزَلَ اللهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهٗ بِجُنُوْدٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا السُّفْلَٰىۗ وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَاۗ وَاللهُ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ.   

“Jika kamu tidak menolongnya (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah); sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya: ”Jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang tinggi. Allah Mahaperkasa Mahabijaksana” (QS. Al-Taubah [9]: 40).   Allah pun telah memuji orang-orang yang berhijrah, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. setelah hari kemenangan Fath Makkah bersabda:    لاَ هِجْرَةَ بَعْدَ الْفَتْحِ وَلَكِنْ جِهَادٌ وَنِيَّةٌ وَإِذَا اسْتُنْفِرْتُمْ فَانْفِرُوْا (مُتَّفّقٌ عَلَيْه). وَمَعْنَاهُ:لاَ هِجْرَةَ مِنْ مَكَّةَ لِأَنَّهَا صَارَتْ دَارَ إِسْلاَمٍ.   

”Tidak ada hijrah setelah penaklukan kota Makkah, akan tetapi jihad dan niat, dan jika kalian diminta untuk pergi berjihad maka pergilah” (Muttafaq ‘alaih dari jalur ‘Aisyah radliyallahu ‘anha) Maknanya: Tidak ada hijrah dari Makkah karena dia telah menjadi negeri Islam.    Hijrahnya Rasul dari Makkah ke Madinah yang terjadi pada tahun 622 M., bukanlah sekadar peristiwa dalam sejarah Islam, tetapi banyak petuah dan pelajaran berharga bagi kita, yang terpenting di antaranya adalah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika keluar dari Makkah berhijrah menuju Madinah itu tidaklah dalam keadaan membenci penduduk Makkah, justru beliau cinta kepada penduduk Makkah. Oleh karena itu ketika beliau keluar meninggalkan Makkah beliau berkata:    وَاللهِ إِنَّكِ لَخَيْرُ أَرْضِ اللهِ وَأَحَبُّ أَرْضِ اللهِ إِلَى اللهِ، وَلَوْلَا أَنِّيْ أُخْرِجْتُ مِنْكِ مَا خَرَجْتُ (رواه الترميذي والنسائي عن عبد الله بن عدي بن حمراء رضي الله عنه)   Artinya ”Demi Allah, sungguh kamu (Makkah) adalah sebaik-baik bumi Allah, dan bumi Allah yang paling dicintai Allah, seandainya aku tidak dikeluarkan darimu (Makkah) maka tiadalah aku keluar --darimu.” (HR. al-Tirmidzi, al-Nasa’i, Ibn Mâjah dll, dari ‘Abdullâh bin ‘Addî bin Hamrâ’ radliyallahu ‘anhum).    Ini menunjukkan betapa kecintaan beliau kepada Makkah dan penduduk Makkah, sebagaimana maqalah populer menyatakan hubbul wathan minal iman, cinta tanah air adalah ekspresi kesempurnaan iman.   Dan satu hal yang penting dalam hijrah adalah bahwa hijrah itu adalah bermakna luas, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang mulia bahwa:    وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللهُ عَنْهُ (رواه البخاري)   

Artinya: ”Orang yang berhijrah itu adalah orang yang berhijrah, meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah” (HR. al-Bukhârî).    Hijrah di sini bermakna luas, meninggalkan adat atau tradisi fanatisme kesukuan, dan menegaskan hijrah itu meninggalkan dari segala yang dilarang oleh Allah dan yang di dalamnya membahayakan manusia.   

Ma’âsyiral muslimîn hafidhakumullâh,   Berdasarkan keterangan tersebut, dapat diambil kesimpulan berkaitan dengan memuliakan bulan Muharram dan memperingati tahun baru Hijrah. Bahwa  dalam memuliakan dan memperingati tahun baru Hijriah harus memperhatikan hikmah atau pelajaran yang berharga dari peristiwa hijrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya, yang dapat disebutkan dalam tujuh poin penting berikut ini:   

1. Hijrah itu adalah perpindahan dari keadaan yang kurang mendukung dakwah kepada keadaan yang mendukung.   

2. Hijrah itu adalah perjuangan untuk suatu tujuan yang mulia, karenanya memerlukan kesabaran dan pengorbanan.   

3. Hijrah itu adalah ibadah, karenanya motivasi atau niat adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan.   

4. Hijrah itu harus untuk persatuan dan kesatuan, bukan perpecahan.   

5. Hijrah itu adalah jalan untuk mencapai kemenangan.   

6. Hijrah itu mendatangkan rezeki dan rahmat Allah.   

7. Hijrah itu adalah teladan Nabi dan para sahabat yang mulia, yang seyogianya kita ikuti.   Kaum muslimin yang dikasihi Allah,   Demikianlah keistimewaan bulan Muharram dan poin-poin penting dari hikmah hijrah. Sebagai penutup khutbah ini, marilah kita renungkan firman Allah dalam surat al-Anfâl (8) ayat 74:   وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ وَالَّذِيْنَ اٰوَوْا وَنَصَرُوْاۧ أُوْلَٓئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ حَقًّاۗ لَّهُم مَّغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيْمٌ.   

Artinya: Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi  pertolongan (kepada orang muhajirin), mereka itulah orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki (nikmat) yang mulia.   Demikian khutbah ini semoga bermanfaat. Semoga kita, keluarga kita, masyarakat kita, dan bangsa kita Indonesia, dapat berhijrah kepada kebaikan dan kemuliaan. Amin.    

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْلُقْرءَانِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بمَا  فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.   

Khutbah II 

  نَحْمَدُ اللهَ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ، وَنَعُوْذُ بِهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِنَا. أَشْهَدُ أَنْ لَاۧ إِٰلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهْ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.  اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةْ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ مِنْ يَوْمِنَا هَذَا إِلَى يَوْمِ النَّهْضَةْ . أَمَّا بَعْدُ. أَيُّهَا النَّاسُ! أُوْصِيْكُمْ بتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.   فَقَالَ تَعَالَى مُخْبِرًا وَأٰمِرًا: إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.   اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ  وَبَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا إِبْراهَيْمَ فِي الْعٰلَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، بِرَحْمَتِكَ يَآ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ....   اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمْؤُمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ يَا قَاضِيَ الْحاَجاَتِ. اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الِإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ وُلاَةَ الْمُسْلِمِيْنَ بِمَا فِيْهِ صَلاَحُ الِإِسْلاَمِ وَالْمُسْلِمِيْنَ. رَبَّنَا أتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّءْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا. رَبَّناَ لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا. رَبَّنَا أتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ.   عِبَادَ اللهْ! إِنَّ اللهَ يَعْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاۤءِ ذِي اْلقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ اْلفَخْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ،  فَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمٍ يَّزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْا مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.     

Ustadz Ahmad Ali MD, Pengurus Lembaga Dakwah PBNU


Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/110353/khutbah-jumat--keistimewaan-muharram-dan-hikmah-hijrah-

Selasa, 11 Agustus 2020

KETIKA SAWAH TAK LAGI MENGHIDUPI PEMILIKNYA

KETIKA SAWAH TAK LAGI MENGHIDUPI PEMILIKNYA


Suatu hari, ada seorang petani yang duduk dipinggiran pematang dekat sawahnya sambil meneguk segelas teh yang sudah dingin. Sambil memandang tanaman padi miliknya, dia memandang dengan tatap kosong dan raut muka muram.

Saya menghampiri beliau dan menyapanya, dia tersentak kaget, mungkin tidak menyadari kehadiran saya yang tiba tiba atau mungkin dia lagi fokus memikirkan nasib tanamannya.

Dia akhirnya mempersilahkan saya duduk disampingnya, sambil menuangkan segelas teh dan mempersilahkan untuk minum.

Saya coba memulai menayakan kenapa koq kelihatan murung, sambil menyebulkan sebatang rokok yang hampir habis ke udara dia bercerita.

Akhir tahun 2019 dia menanam padi ¼ bau (ukuran luas tanah) seperti biasanya dia berharap sekitar bulan Maret akan memetik hasil yang memuaskan untuk kelangsungan hidup keluarganya. Dia mengungkapkan kegagalan panen bulan maret yang lalu, tak disangka setelah satu minggu tanam terjadilah banjir yang menggenangi sawahnya selama 4 hari semua benih padinya lenyap terbawa banjir padahal untuk sekali masa tanam sampai dengan panen dibutuhkan biaya operasional sekitar 7,2 juta/ha.

Dia pun tidak putus asa kembali menanami sawahnya dan pada bulan januari terjadi lagi banjir yang menggenangi sawahnya untungnya padi sudah berumur 3 minggu sehingga tidak banyak yang hanyut ataupun mati, dia dengan sabar merawat padinya hari demi hari sampai waktu panen kisaran bulan maret, awal masa pandemi covid 19 heboh dimedia massa maupun media sosial.

Dia pun bingung hasil panen padinya tidak ada yang mau menawar dengan harga tinggi di masa pandemi ini, harga Gabah Kering Panen (GKP) dimasa itu hanya kisaran Rp. 4000/kg atau turun 4,65 persen dari biasanya. Rata rata para bakul hanya mau menawar kisaran Rp. 3500 sampai Rp 3800 itupun kalau panennya bagus apalagi para bakul beralasan dimasa pandemi tenaga untuk panen mahal untuk sawah ukuran ¼ Bau paling tidak biaya operasional panen hampir Rp. 900.000,-, banyak yang bilang “kan sudah ada bantuan Alat Combain” iya memang alat tersebut dapat memangkas biaya hampir sepertiganya, tapi lihat kondisi lapangan combain hanya bisa digunakan apabila kondisi tanah kering, kalau basah ya tidak jalan tandasnya.

Dia pun menghitung hasil panennya, dari sawah yang ditanami hanya menghasilkan GKP sebesar ( ¼ X 0,7 ha = ¼ bau ) = 1,5 ton GKP (hasil ubinan), 1,5 x Rp 3.500,- = Rp. 5.250.000,- dikurangi biaya opersional ¼ x Rp. 7.200.000,- = Rp 1.800.000,- jadi hanya dapat hasil panen Rp. 5.250.000,- - Rp. 1.800.000,- = Rp. 3.450.000,- dibagi 4 bulan = hanya Rp. 862.500,-/bulan itulah yang dipaparkan petani. 

Dikala masyarakat berebut minta datanya masuk dalam penerima bantuan sosial akibat pandemi Covid 19, beliau tidak menghiraukan dan hanya merenungi dari tahun ke tahun produktivitas padi semaikn menurun.

Namun beliau tidak patah semangat, melanjutkan bercocok tanam lagi pada akhir bulan April dengan harapan dapat hasil yang lebih baik 4 bulan kedepan dengan hirukpikuknya wabah Covid 19, masa new normal dan sebagainya dia tidak patah semangat, namun Tuhan berkehendak lain, bulan agustus 2020 terjadilah wabah wereng yang menyerang tanaman padi, walaupun sudah mendapat bantuan obat untuk menangani namun masih saja tidak bisa diselamatkan semua, dia berasumsi saya dapat 50 persen dari hasil panen itu sudah hebat tandasnya.

Akhirnya beliau merenung dengan penghasilan bercocok tanam semakin tidak menentu hasilnya, pas kebetulan ada seseorang yang berprofesi sebagai pengembang perumahan dan menawarkan sawanya dijual untuk perumahan dengan harga tinggi, dia musyawarah dengan keluarganya tentang tawaran tersebut, alhasil akhirnya sawahnya dijual untuk pengembang dan beliu berusaha beralih keprofesi lain dengan modal hasil sawah yang dijual dengan harapan lebih baik daripada bertani. 

Munculah persoalan baru di pengembang dengan mengurug sawah untuk perumahan, tiba2 banyak orang yang menjustice pengurugan sawah tidak sesuai dengan aturan dan sebagainya. Inilah sebenarnya akar masalahnya, sebuah dilema baru “ KETIKA SAWAH TAK LAGI MENHIDUPI PETANI DAN BERUBAHNYA STATUS ALIH FUNGSI LAHAN DARI PERTANIAN MENJADI PERUMAHAN”


Salah satu PR besar untuk memecahkan dilema ini, mudah2an kedepan akan terpecahkan.


Wallahu’alam bi showab.

Kamis, 06 Agustus 2020

SAKIT YANG TIDAK KUNJUNG SEMBUH

SAKIT YANG TIDAK KUNJUNG SEMBUH OBATNYA SEDEKAH

Seiring dengan bertambahnya jenis penyakit yang mendera kehidupan seperti sekarang ini,perbincangan masalah pengobatan cukuplah menarik untuk disimak.


Setiap manusia pernah mengalami sakit, baik itu sakit ringan ataupun berat, bahkan Rasulullah SAW juga menjelang wafatnya mengalami sakit. Ini sudah menjadi sunatullah dalam kehidupan. Islam mengajarkan kepada kita bahwa apapun sakit yang kita derita harus berusaha untuk melakukan pengobatan, berbagai bentuk ikhtiyar yang dilakukan secara islami tidak berarti kita tidak percaya kepada Allah, justru merupakan bentuk kepercayaan yang tinggi kepada Allah SWT. Karena penyakit adalah merupakan ujian kesabaran dan ketaqwaan, maka ikhtiar pengobatan akan mendapat pahala tersendiri dari Allah SWT.


Terdapat dua keniscayaan mutlak milik Allah SWT.yang sebenarnya tidak akan mampu di pungkiri oleh semua makhluk.Manusia pun begitu lemah untuk”menggugat” keniscayaan itu.Hanya manusia yang error imannya,yang tidak memahami masalah ini.


Pertama,bahwa Allah telah menurunkan penyakit,dan Dia bersama itu juga menurunkan obatnya.Allah akan memberikan kesembuhan kepada orang yang di kehendaki-Nya.Allah akan meletakkan obat sebagai sarana kesembuhan itu dimana saja yang Dia kehendaki.Mungkin saja obat itu ada pada obat-obat kimiawi,atau di dalam jamu-jamu tradisional,dan lain sebgainya.Termasuk juga,sangat mungkin sekali jika Allah berkehendak meletakkan obat bagi penyakit itu berada dalam amalan ibadah,seperti sedekah.Dan,tak ada kekuatan makhluk manapun di muka bumi ini yang mampu menentang kehendah Allah.


Kedua,tatkala Allah menghendaki sesuatu,Dia hanya berfirman”Jadilah”,maka terjadilah sesuatu itu.Dalam menyembuhkan berbagai penyakit yang di derita manusia Allah juga cukup berfirman,”Sembuhlah”,maka menjadi sembuhlah penyakit kita.Sangat mudah bagi Allah untuk melakukan semua ini,walaupun mungkin kita yang sakit telah melanglang buana dalam waktu yang panjang untuk mendapatkan obat bagi penyakit kita.Penyakit kita belum sembuh,karena pada hakekatnya Allah belum berfirman”sembuhlah”,yang benar benar sembuh penyakit kita.


Ada berbagai cara pengobatan yang diajurkan dalam islam yaitu dengan mendatangi dokter untuk berobat, berbekam, minum madu atau minum habasauda. Dalam kesempatan ini saya ingin mengingatkan kembali bahwa ada salah satu cara berobat yang dianjurkan Rosulullah SAW yang sering kali dilupakan yaitu dengan cara” bersedekah”,


ingatlah akan hadist Rasululllah yang berbunyi:
 “‘Obatilah penyakitmu dengan sedekah.”atau hadist yang lain berbunyi ”Perbanyaklah sedekah. Sebab, sedekah bisa memanjangkan umur.”


  …“Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah.” (HR. Baihaqi)
 “Ujian yang menimpa seseorang pada keluarga, harta, jiwa, anak, dan tetangganya bisa dihapus dengan puasa, shalat, sedekah, dan amar makruf nahi munkar.” (HR. Bukhari dan Muslim)

       Dari  hadist  ini kita diajarkan oleh Rasulullah untuk mencari pengobatan atau penyakit yang dialami dengan bersedekah secara iklas dijalan Allah. Karenanya wahai saudaraku apapun penyakit yang sedang dialami jangan lupa untuk meminta kesembuhan kepada Allah SWT salah satunya dengan bersedekah secara iklas, bila perlu dengan berdoa ya Allah aku bersedekah ini untuk penyembuhan penyakitku, atau untuk penyembuhan penyakit kedua orang tuaku, atau penyembuhan anakku.
         Mari kita simak  sebuah kisah keajaiban sedekah dalam menyembuhkan penyakit  yang di ceritakan di dalam kitab Sshahihul Targhib wat Tarhib 964 M dari Imam Baihaqi,bahwa ia berkata,”ada kisah Syaikh hakim Abi’Abdillah,bahwa ia memiliki bisul di wajah dan telah di obati dengan berbagai macam obat,tetapi tak kunjung sembuh juga,sudah hampir satu tahun lamanya bisul tersebut menghinggapi wajahnya.Kemudian ia meminta kepada Ustadz Imam Abu’Usman Ash-Shobuni untuk mendoakannya di amini oleh banyak orang.Pada jumat berikutnyan ada seorang wanita yang menyampaikan selembaran surat yang mengatakan bahwa sesampainya di rumah,ia kemudian bersungguh-sungguh dalam mendoakan Hakim Abu ‘Abdillah pada malam harinya.Lalu dalam tidurnya,ia bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW yang seakan-akan bersabda kepadanya,” Katakan kepada Abu’Abdillah agar melapangkan air bagi kaum muslimin.”Kemudian aku membawa surat tersebut kepada hakim.Lalu hakim memerintahkan agar membuat galian di depan pintu rumahnya.Setelah galian tersebut selesai di kerjakan,beliau memerintahkan agar memenuhi galian tersebut dengan air dan kerikil.Orang-orangpun mulai mengambil air tersebut untuk minum.Tidak sampai satu pekan,tanda-tanda kesembuhan telah nampak pada Abu’Abdillah.Maka wajahnya telah kembali tampan seperti sedia kala.Setelah peristiwa itu beliau maish hidup selama beberapa tahun

Dari kisah ini kita sampai suatu ketika datanglah secercah harapan dan terbukalah pintu solusi,betapa sedekah bermanfaat besar untuk penyembuhan berbagai macam penyakit.


Terakhir saya berdoa semoga siapapun yang membaca tulisan sederhana ini setelahnya kemudian menjadi rajin bersedekah, dan siapapun yang bersedekah tersebut maka  semoga akan diangkat penyakitnya oleh Allah, akan dilapangkan rejekinya, akan di panjangkan umurnya dalam barokah, akan dilekuarkan dari kesulitan hidup, akan diberikan kesabaran dan kekuatan dalam ujian hidup serta dijadikan bahagia dunia akherat. amien

Oleh: Toungat

Dosen STAI Darul Arafah –Laubakeri Deliserdang Sumatera Utara

Senin, 03 Agustus 2020

TIDAK PERLU TERKENAL DI BUMI

TAK DIKENAL OLEH PENDUDUK BUMI, TAPI
DIKENAL OLEH PENDUDUK LANGIT

Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.

“Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji,” pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.

Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. “Uwais gila.. Uwais gila…” kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.

Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Makkah! Masya Alloh, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya. 

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" Tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa ibu, maka ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari ibu yang akan membawa aku ke surga"

Masya Alloh, itulah keinginan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah Subhanahu Wa Ta'ala pun memberikan karunia nya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih di tengkuknya. 

Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? Itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasullullah Shallallohu 'Alaihi Wasallam untuk mengenali Uwais. 
Beliau berdua sengaja mencari Uwais disekitar Ka'bah karena Rasullullah Shallallohu 'Alaihi Wasallam berpesan "Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat Makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. 

Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong untuk kamu berdua. "Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)

Lencana Facebook