Pada suatu hari seorang teman bertutur, disebuah stasiun kereta api tanpa
sengaja bertemu dengan seorang penjual asongan yang kehilangan tangan
sebelahnya sedang menjajakan dagangannya karena hatinya iba dan ingin menolong.
Dikeluarkan uang selembar sepuluh ribuan lalu diberikanlah uang itu padanya.
Sejenak berpikir di dalam benaknya ia merasa bersalah, segera kembali penjual
asongan dan mengatakan kepadanya, ' Maaf bapak, saya tidak bermaksud merendahkan
bapak. saya tahu, bapak adalah seorang pengusaha.' Lalu mengambil sebuah pulpen
kemudian meninggalkan penjual asongan.
Setahun kemudian teman itu melintasi stasiun kereta api yang sama. Terdengar
suara seseorang menyapa dirinya. ' Apa kabar Mas ?' sapa seorang pemilik toko di
stasiun kereta api. ' Saya sudah lama menunggu anda di toko ini.' kata pemilik
toko. "Barangkali anda lupa, saya adalah penjual asongan yang waktu itu
menyebut saya sebagai pengusaha sehingga saya termotivasi kata-kata anda
sehingga saya bekerja keras untuk memiliki sebuah toko,' katanya dengan bangga
menunjukkan tokonya.
Teman itu menceritakan betapa terharunya dirinya karena ia tidak mengira
penjual asongan yang dia jumpai setahun yang lalu kini telah memiliki sebuah
toko yang cukup besar distasiun kereta api.
Pesan dari kisah ini menunjukkan bahwa Tutur kata yang kita ucapkan memiliki
sebuah kekuatan. Ucapan kita mampu memberikan motivasi seperti yang terjadi
pada penjual asongan namun juga sebaiknya bila bertemu dengan orang yang tidak
tepat malah menjerumuskan kita kepada kehancuran. Nabi mengajarkan kita agar
senantiasa berkumpul dengan orang-orang sholeh, yaitu orang yang mampu
menularkan kebahagiaan, kesehatan dan kedamaian dalam hidup kita.
----
' Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu
bersama orang-orang yang benar.' (QS. At Taubah: 119).
sumber : Agus Syafi'i